Semalam aku bersilaturahmi ke salah satu saudara yang oleh masyarakat sekitar dianggap "sesepuh". "Pak Dhe" begitu aku memanggil sosok pria tua yang masih tampak muda. Malam itu aku sengaja berkunjung ke rumahnya karena sudah lama aku tidak ngobrol, bertukar pikiran dan sebagainya. Kebetulan malam itu hujan rintik sehingga dapat memperpanjang waktu untuk ngobrol hehe (alasan). Dengan ditemani secangkir kopi, kami mulai ngobrol "ngalor ngidul" tentang kabar masing - masing. Pak Dhe tampak sangat bersemangat saat itu, pikirku.. wah ini pasti ada sesuatu yang menarik.
Benar saja dugaanku. Pak Dhe setelah cukup mengetahui kondisi masing - masing, beliau langsung dengan lugas mengatakan "Jangan beli rumah di perumahan". "Lho kenapa Pak Dhe" spontan aku bertanya. Kemudian pelan - pelan sambil menghisap rokok kreteknya menuturkan apa maksudnya. "Rumah di perumahan itu cuma apus - apus (bohongan) dan kurang prospektif" begitu Pak Dhe mengawali keterangannya. Rumah di perumahan itu ringkih (tidak kuat) karena banyak yang disunat oleh pengembangnya selain itu kalau dijual agak susah, apalagi kredit minimal selama 15 tahun. Coba kita bersama bayangkan kondisi rumah di perumahan yang dibangun oleh pengembang..... (ehhmm)
Memang kalau mau jujur..benar apa yang dituturkan oleh Pak Dhe. Kemudian beliau menyarankan, belilah tanah atau rumah yang dekat dengan jalan.. pasti itu sangat bagus dan prospek. Namun perlu dilihat, apakah tanah tersebut secara supranatural mati atau tidak, supit urang atau tidak dan seterusnya. Aku berpikir.. jaman seperti ini apa ada yang mengenal supit urang, bumi cengkar dan sebagainya. ehmmm... tp saran Pak Dhe masuk akal dan itulah yang sebenarnya menjadi keinginan orang yang belum punya tanah atau rumah. Realistis...
No comments:
Post a Comment